JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
MONICA CHITRA SEPTIANI
(NIM : A1C117O77)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Drs. SYAMSURIZAL.,M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN
I
I.
JUDUL :
ANALISA KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT ORGANIK DAN
PENENTUAN KELAS KELARUTAN
II. HARI,
TANGGAL : SABTU,23 FEBUARI 2019
III. TUJUAN
Adapun
tujuan dari praktikum ini,yaitu:
3.1
Untuk mengetahui prinsip dasar dalam analisa
kualitatif dalam kimia organik
3.2
Untuk mengetahui tahapan kerja analisa
yang dimulai dengan unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam
suatu senyawa organik dan penentuan kelas kelarutannya
3.3
Untuk mencoba beberapa senyawa unknown
untuk dianalisa
IV. LANDASAN
TEORI
Senyawa
adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembentuknya.
Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi
pembentukan. Senyawa organik atau senyawa karbon adalah suatu senyawa yang unsur-unsur
penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, halogen atau fosfor. Banyak diantara senyawa organiK seperti lemak,
protein, dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia. Diantara
beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik (rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya), hidrokarbon aromatik (senyawa yang mengandung
paling tidak satu cicin benzene), senyawa heterosiklik (yang mencakup atom-atom
non karbon dan struktur cincinnya) dan polimer (molekul rantai panjang gugus
berulang) ( Riswiyanto,2009).
Zat-zat
organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk
kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam
kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh
karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan
penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur
tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui
unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan
rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu
senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat
kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memprediksi
kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan
mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan
mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda
dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan
pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36
).
Sifat
fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didh dan kelarutan tergantung
pada struktur, gugus fungsi dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik
sangat menentukan sifat reaksinya, seperti halida (alkil halida), hidroksil (alcohol
dan karboksilat), karbonil (aldehida dan keton), amina dan sulfonil. Ada dua
jenis model analisis, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
Analisis kualitatif membahas mengenai identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokok
tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur
(Vogel,2010).
Analisa
organik adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi
senyawa organik yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya ditentukan oleh
banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing
senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik.
Kerja
analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsur,
klasifikasi kelarutan dan sifat fisik, klasifikasi gugus fungsi dengan cara
identifikasi sifat derivatnya.
Tahap pertama analisa organik kualitatif
adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hydrogen, oksgen, halogen,
belerang dan posfor. Karbon dan hidrogen ditentukan dengan cara memanaskan
senyawa dengan tembaga (II) oksida, akan terjadi oksidasi menghasilkan CO2
yang menunjukkan adanya karbon dan H2O menunjukkan adanya hidrogen. Adanya CO2 bisa ditunjukkan
dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh
endapan putih (CaCO2). Sedangkan H2O akan terlihat berupa
uap/tetesan air dalam tabung reaksi.
Untuk menentukan adanya nitrogen,
halogen dan belerang, ditentukan melalui cara leburan-natrium. Senyawa organik
yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh
karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logam natrium, membentuk
senyawa-senyawa oganiknya.
C,H,O,N,X dan S +
Na → NaCN,NaOH,NaX,Na2S
Larutan Lassaigne
berbentuk larutan yang jernih dan
selanjutnya dites dengan cara umum untuk :
Nitrogen.
Tes
Lassaigne/Prussion blus. Natrium sianida diubah menjadi Natrium ferrosianida
yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4(Fe(CN)6)3.
Halogen.
Tes halida perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat
akan menghilangkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
Belerang.
Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan
Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS. Jika degunakan larutan
Na-nitropossida, Na2Fe(CN)5NO, sebagai pereaksi akan
memberkan warna merah ungu.
Setiap senyawa organik mempunyai sifat
kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya. Untuk
ini bisa dilihat tabelnya dalam handbook. Sifat kelarutan akan membantu
mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis. Sistematik klasifikasi kelarutan yang dibuat Kamm dalam bentuk kelas dan jenis pelarutnya (lihat bangan berikut) (Tim
Kimia Organik 1, 2019).
Kelarutan atau solubilitas adalah
kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent). Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam
molekul. Penentuan unsure penyusun suatu senyawa organik dapat dilakukan dengan
analisis secara kualitatif. Selain menentukan unsur penyusun senyawa organik,
analisis secara kualitatif juga dapat menentukan gugus fungsi yang terdapat
didalam senyawa organik tersebut (Fahrizal,2014).
Unsur yang pada umumnya terkandung dalam
senyawa organik adalah oksigen (O). Cara mendeteksi keberadaan unsur oksigen
adalah dengan menggunakan pereaksi feroks (kompleks Fe3+ {Fe(CNS)6}3-).
Apabila mengandung oksigen, kertas feroks yang ditetesi senyawa sampel maka
kertas feroks akan berubah warna menjadi merah. Untuk mendeteksi keberadaan unsur
belerang, nitrogen dan halogen terlebih dahulu senyawa sampel ditambahkan
dengan padatan logam natrium yang kemudian dipanaskan yang kemudian menjadi
ekstrak natrium. Prinsip kerja dari identifikasi ini adalah mengubah unsur-unsur
yang berikatan kovalen dalam zat organic menjadi garam natrium. Nitrogen dengan
adanya karbon diubah menjadi ion sianida (CN-), belerang diubah
menjadi sulfide (S2-) dan halogen diubah menjadi ion halide (X-).
Dalam mendeteksi keberadaan belerang, ekstrak belerang diasamkan dengan asam asetat
yang kemudian didihkan (Kusumo,2014).
V. ALAT
DAN BAHAN
5.1
ALAT
a. Cawan Porselin
b. Bunsen
c. Tabung Reaksi Pyrex dilengkapi dengan
Sumbat dan Pipa Pengalir Gas
d. Kawat Tembaga
e. Gelas Kimia
f. Kertas Saring
g. Pipet
Tetes
5.2
BAHAN
a.
Serbuk
CuO
b.
Larutan Ca(OH)2
c.
Larutan
CCl4
d. CuO
e.
Larutan
HNO3
f.
Larutan
AgNO3
g.
Air Suling
h.
Biji Logam Natrium
i. Asam Asetat
j. Larutan Pb-Asetat 10%
k. Larutan Na-Niprosida
l. Larutan FeSO4
m. Larutan FeCl3
n. Larutan KF 10%
o. Larutan NaOH 10%
p. Asam Sulfat Encer
q. Larutan Eter
r. Larutan HCl 5%
s. Larutan NaHCO3 5%
VI. PROSEDUR
KERJA
6.1 ANALISA
UNSUR
6.1.1 Karbon
dan Hidrogen
a.
Letak 1-2 gram serbuk CuO kering kedalam cawan
porselin, keringkan beberapa saat diatas pemanas Bunsen.
b. Selagi CuO hangat, campurkan hati-hati dengan sejumlah gula (lebih kurang 1/10
jumlah CuO),pindahkan kedalam tabung reaksi pyrex dengan dilengkapi sumbat dan
pipa pengalir gas.
c.
Susun tabung pengalir gas, sehingga gas yang
mengalir bisa masuk kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2.
d. Panaskan campuran, amati hasilnya. Perhatikan
air yang mengembun ditabung reaksi bagian atas.
6.1.2 Halogen
6.1.2.1 Tes Beilstein
a.
Panaskan kawat tembaga sampai kemerah-merahan
dan tak memberikan nyala lain.
b.
Dinginkan, lalu tetesi kawat tersebut dengan dua tetes CCl4
c.
Pijarkan kembali lalu amati warna nyala yang
ditunjunkan oleh uap Cu-halida yang terbentuk
6.1.2.2 Tes CaO
a.
Panaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai
suhu tinggi dalam tabung reaksi besar lalu tambahkan dua tetes CCl4
b.
Setelah dingin, didihkan dengan 5-10 ml air suling, lalu tuangkan kedalam gelas
kimia 100 ml dan larutan dalam HNO3 encer (1 vol HNO3
pekat dalam 1 vol air suling
c.
Jika larutan jernih tidak didapat, saring
dengan kertas saring biasa. Tambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer
(5-10%). Amati apa yang terjadi.
6.1.3
Metode
Leburan dengan Natrium
a.
Ditempatkan kedalam keping asbes,
dimasukkan sebiji logam Na, dipanaskan sampai meleleh, ditambahkan cuplikan
halogen dan N, kemudian dipijarkan sampai membara didalam tabung reaksi.
b. Diisi air suling 15 ml, dimasukkan tabung reaksi kecil dan tabung akan pecah,
dihancurkan sisa tabung,didihkan kembali lalu disaring, dan digunakan “larutan lassaigne”
untuk keperluan berikutnya didalam gelas kimia.
Ø Belerang.
Diasamkan larutan 1 3 ml dengan asam asetat, ditetesi kertas saring dengan Pb
asetat 10% , kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-Nitroprosida pada bagian
lainnya dalam kertas saring.
Ø Nitrogen.
Ditambahkan 3ml larutan FeSO4, 1 tetes FeCl, 3 tetes FeCl, 3 tetes KF 10%,
ditambahkan 1-2 ml NaOH 10% kemudian didihkan, diasamkan dengan asam sulfat
encer(20-25%) jika tidak ada belerang, ditambahkan 3ml larutanL 5 tetes FeSO4
1-2 ml NaOH. Dipanaskan disaring endapan FeSO4. Diasamkan dengan H2SO4 encer (10-2-%),
kemudian ditambahkan 5 tetes KF 10% didalam gelas kimia.
Ø Halogen.
Ditambahkan 3 ml larutan dengan HNO3 encer, dididihkan 5-10 menit jika N dan S
ada, ditambahkan 5 ml AgNO3 (5-10%) didihkan dalam gelas kimia
6.3 Penentuan
kertas kelarutan
6.2.1
kelarutan dalam air
a. Dimasukkan
0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair
b. Ditambahkan 3 ml air suling dikocok kuat
c. Dilakukan tes kelarutan dalam eter bila
larutan jernih (+) dan tes kelarutan dengan pelarut lain bila kelarutan
keruh(-). Didalam tabung reaksi besar
6.2.2 Kelarutan dalam Eter
a. Dilakukan sama seperti diatas
b.
Ditambahkan 3 ml pelarut eter
c.
Bila jernih artinya (+) larut dalam eter atau
sebaliknya
6.2.3
Kelarutan dalam NaOH 5%
a. Dilakukan sama seperti diatas
b.
Ditambahkan 3 ml NaOH 5%
c.
Bila jernih (+) dan bila keruh(-) biasanya
disertai dengan perubahan warna
d. Disaring
campuran, filtratnya dinetralkan dengan HCl encer didalam tabung reaksi besar
6.2.4 Kelarutan
dalam NaHCO3 5%
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b.
Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5% bila timbul gas CO2 didalam tabung reaksi
besar
maka
hasilnya (+) dan sebaliknya (-)
6.2.5
Kelarutan dalam HCl
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b.
Ditambahkan HCl 5% sebanyak 5 ml dikocok, diamati, bila jernih (+) keruh (-)
c. Jika meragukan,
disaring campuran dan filtratnya dinetralkan dengan NaOH encer bila keruh (-)
didalam tabung reaksi besar
6.2.6 Kelarutan dalam H2SO4
pekat
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b. Ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat bila jernih timbul panas
atau perubahan warna dan hasilnya positif, dilakukan dalam tabung reaksi besar
6.2.7 Kelarutan
dalam H3PO4 pekat
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b.Ditambahkan
asam fosfat pekat, bila jernih (+) didalam tabung reaksi besar
Pertanyaannya:
1. Apa kegunaan ekstrak lassaigne dalam analisis mendeteksi nitrogen pada senyawa organik tersebut?
2. Apa fungsi dilakukan pemanasan pada tabung reaksi yang telah berisi ekstrak lassaigne dan ferrosulfat?
3. Mengapa larutan yang terdapat pada tabung reaksi yang telah berisi ekstrak lassaigne, larutan ferrosulfat dan beberapa tetes besi klorida harus diasamkan dengan menggunakan larutan asam klorida pekat?
JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
MONICA CHITRA SEPTIANI
(NIM : A1C117O77)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Drs. SYAMSURIZAL.,M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN I
Senyawa
adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembentuknya.
Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi
pembentukan. Senyawa organik atau senyawa karbon adalah suatu senyawa yang unsur-unsur
penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, halogen atau fosfor. Banyak diantara senyawa organiK seperti lemak,
protein, dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam biokimia. Diantara
beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik (rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya), hidrokarbon aromatik (senyawa yang mengandung
paling tidak satu cicin benzene), senyawa heterosiklik (yang mencakup atom-atom
non karbon dan struktur cincinnya) dan polimer (molekul rantai panjang gugus
berulang) ( Riswiyanto,2009).
Zat-zat
organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk
kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam
kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh
karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan
penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur
tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui
unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan
rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu
senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat
kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memprediksi
kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan
mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan
mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda
dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan
pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36
).
Sifat
fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didh dan kelarutan tergantung
pada struktur, gugus fungsi dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik
sangat menentukan sifat reaksinya, seperti halida (alkil halida), hidroksil (alcohol
dan karboksilat), karbonil (aldehida dan keton), amina dan sulfonil. Ada dua
jenis model analisis, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
Analisis kualitatif membahas mengenai identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokok
tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur
(Vogel,2010).
Analisa
organik adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi
senyawa organik yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya ditentukan oleh
banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing
senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik.
Untuk menentukan adanya nitrogen,
halogen dan belerang, ditentukan melalui cara leburan-natrium. Senyawa organik
yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh
karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logam natrium, membentuk
senyawa-senyawa oganiknya.
C,H,O,N,X dan S + Na → NaCN,NaOH,NaX,Na2S
Larutan Lassaigne
berbentuk larutan yang jernih dan
selanjutnya dites dengan cara umum untuk :
Nitrogen.
Tes
Lassaigne/Prussion blus. Natrium sianida diubah menjadi Natrium ferrosianida
yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4(Fe(CN)6)3.
Halogen.
Tes halida perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat
akan menghilangkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
Belerang.
Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan
Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS. Jika degunakan larutan
Na-nitropossida, Na2Fe(CN)5NO, sebagai pereaksi akan
memberkan warna merah ungu.
Setiap senyawa organik mempunyai sifat
kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya. Untuk
ini bisa dilihat tabelnya dalam handbook. Sifat kelarutan akan membantu
mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis. Sistematik klasifikasi kelarutan yang dibuat Kamm dalam bentuk kelas dan jenis pelarutnya (lihat bangan berikut) (Tim
Kimia Organik 1, 2019).
Kelarutan atau solubilitas adalah
kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent). Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam
molekul. Penentuan unsure penyusun suatu senyawa organik dapat dilakukan dengan
analisis secara kualitatif. Selain menentukan unsur penyusun senyawa organik,
analisis secara kualitatif juga dapat menentukan gugus fungsi yang terdapat
didalam senyawa organik tersebut (Fahrizal,2014).
Unsur yang pada umumnya terkandung dalam
senyawa organik adalah oksigen (O). Cara mendeteksi keberadaan unsur oksigen
adalah dengan menggunakan pereaksi feroks (kompleks Fe3+ {Fe(CNS)6}3-).
Apabila mengandung oksigen, kertas feroks yang ditetesi senyawa sampel maka
kertas feroks akan berubah warna menjadi merah. Untuk mendeteksi keberadaan unsur
belerang, nitrogen dan halogen terlebih dahulu senyawa sampel ditambahkan
dengan padatan logam natrium yang kemudian dipanaskan yang kemudian menjadi
ekstrak natrium. Prinsip kerja dari identifikasi ini adalah mengubah unsur-unsur
yang berikatan kovalen dalam zat organic menjadi garam natrium. Nitrogen dengan
adanya karbon diubah menjadi ion sianida (CN-), belerang diubah
menjadi sulfide (S2-) dan halogen diubah menjadi ion halide (X-).
Dalam mendeteksi keberadaan belerang, ekstrak belerang diasamkan dengan asam asetat
yang kemudian didihkan (Kusumo,2014).
a. Cawan Porselin
b. Bunsen
c. Tabung Reaksi Pyrex dilengkapi dengan
Sumbat dan Pipa Pengalir Gas
d. Kawat Tembaga
e. Gelas Kimia
f. Kertas Saring
g. Pipet Tetes
g. Pipet Tetes
a.
Serbuk
CuO
b.
Larutan Ca(OH)2
c.
Larutan
CCl4
d. CuO
e.
Larutan
HNO3
f.
Larutan
AgNO3
g.
Air Suling
h.
Biji Logam Natrium
i. Asam Asetat
j. Larutan Pb-Asetat 10%
k. Larutan Na-Niprosida
l. Larutan FeSO4
m. Larutan FeCl3
n. Larutan KF 10%
o. Larutan NaOH 10%
p. Asam Sulfat Encer
q. Larutan Eter
r. Larutan HCl 5%
s. Larutan NaHCO3 5%
j. Larutan Pb-Asetat 10%
k. Larutan Na-Niprosida
l. Larutan FeSO4
m. Larutan FeCl3
n. Larutan KF 10%
o. Larutan NaOH 10%
p. Asam Sulfat Encer
q. Larutan Eter
r. Larutan HCl 5%
s. Larutan NaHCO3 5%
6.1 ANALISA
UNSUR
6.1.1 Karbon
dan Hidrogen
a.
Letak 1-2 gram serbuk CuO kering kedalam cawan
porselin, keringkan beberapa saat diatas pemanas Bunsen.
b. Selagi CuO hangat, campurkan hati-hati dengan sejumlah gula (lebih kurang 1/10
jumlah CuO),pindahkan kedalam tabung reaksi pyrex dengan dilengkapi sumbat dan
pipa pengalir gas.
c.
Susun tabung pengalir gas, sehingga gas yang
mengalir bisa masuk kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2.
d. Panaskan campuran, amati hasilnya. Perhatikan
air yang mengembun ditabung reaksi bagian atas.
6.1.2 Halogen
6.1.2.1 Tes Beilstein
a.
Panaskan kawat tembaga sampai kemerah-merahan
dan tak memberikan nyala lain.
b.
Dinginkan, lalu tetesi kawat tersebut dengan dua tetes CCl4
c.
Pijarkan kembali lalu amati warna nyala yang
ditunjunkan oleh uap Cu-halida yang terbentuk
6.1.2.2 Tes CaO
a.
Panaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai
suhu tinggi dalam tabung reaksi besar lalu tambahkan dua tetes CCl4
b.
Setelah dingin, didihkan dengan 5-10 ml air suling, lalu tuangkan kedalam gelas
kimia 100 ml dan larutan dalam HNO3 encer (1 vol HNO3
pekat dalam 1 vol air suling
c.
Jika larutan jernih tidak didapat, saring
dengan kertas saring biasa. Tambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer
(5-10%). Amati apa yang terjadi.
6.1.3
Metode
Leburan dengan Natrium
a.
Ditempatkan kedalam keping asbes,
dimasukkan sebiji logam Na, dipanaskan sampai meleleh, ditambahkan cuplikan
halogen dan N, kemudian dipijarkan sampai membara didalam tabung reaksi.
b. Diisi air suling 15 ml, dimasukkan tabung reaksi kecil dan tabung akan pecah,
dihancurkan sisa tabung,didihkan kembali lalu disaring, dan digunakan “larutan lassaigne”
untuk keperluan berikutnya didalam gelas kimia.
Ø Belerang.
Diasamkan larutan 1 3 ml dengan asam asetat, ditetesi kertas saring dengan Pb
asetat 10% , kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-Nitroprosida pada bagian
lainnya dalam kertas saring.
Ø Nitrogen.
Ditambahkan 3ml larutan FeSO4, 1 tetes FeCl, 3 tetes FeCl, 3 tetes KF 10%,
ditambahkan 1-2 ml NaOH 10% kemudian didihkan, diasamkan dengan asam sulfat
encer(20-25%) jika tidak ada belerang, ditambahkan 3ml larutanL 5 tetes FeSO4
1-2 ml NaOH. Dipanaskan disaring endapan FeSO4. Diasamkan dengan H2SO4 encer (10-2-%),
kemudian ditambahkan 5 tetes KF 10% didalam gelas kimia.
Ø Halogen.
Ditambahkan 3 ml larutan dengan HNO3 encer, dididihkan 5-10 menit jika N dan S
ada, ditambahkan 5 ml AgNO3 (5-10%) didihkan dalam gelas kimia
6.3 Penentuan
kertas kelarutan
6.2.1
kelarutan dalam air
a. Dimasukkan
0,1 gr zat padat atau 3 tetes zat cair
b. Ditambahkan 3 ml air suling dikocok kuat
c. Dilakukan tes kelarutan dalam eter bila
larutan jernih (+) dan tes kelarutan dengan pelarut lain bila kelarutan
keruh(-). Didalam tabung reaksi besar
6.2.2 Kelarutan dalam Eter
a. Dilakukan sama seperti diatas
b.
Ditambahkan 3 ml pelarut eter
c.
Bila jernih artinya (+) larut dalam eter atau
sebaliknya
6.2.3
Kelarutan dalam NaOH 5%
a. Dilakukan sama seperti diatas
b.
Ditambahkan 3 ml NaOH 5%
c.
Bila jernih (+) dan bila keruh(-) biasanya
disertai dengan perubahan warna
d. Disaring
campuran, filtratnya dinetralkan dengan HCl encer didalam tabung reaksi besar
6.2.4 Kelarutan
dalam NaHCO3 5%
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b.
Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5% bila timbul gas CO2 didalam tabung reaksi
besar
maka
hasilnya (+) dan sebaliknya (-)
6.2.5
Kelarutan dalam HCl
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b.
Ditambahkan HCl 5% sebanyak 5 ml dikocok, diamati, bila jernih (+) keruh (-)
c. Jika meragukan,
disaring campuran dan filtratnya dinetralkan dengan NaOH encer bila keruh (-)
didalam tabung reaksi besar
6.2.6 Kelarutan dalam H2SO4
pekat
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b. Ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat bila jernih timbul panas
atau perubahan warna dan hasilnya positif, dilakukan dalam tabung reaksi besar
6.2.7 Kelarutan
dalam H3PO4 pekat
a. Dilakukan sama
seperti diatas
b.Ditambahkan asam fosfat pekat, bila jernih (+) didalam tabung reaksi besar
b.Ditambahkan asam fosfat pekat, bila jernih (+) didalam tabung reaksi besar
Pertanyaannya:
1. Apa kegunaan ekstrak lassaigne dalam analisis mendeteksi nitrogen pada senyawa organik tersebut?
2. Apa fungsi dilakukan pemanasan pada tabung reaksi yang telah berisi ekstrak lassaigne dan ferrosulfat?
3. Mengapa larutan yang terdapat pada tabung reaksi yang telah berisi ekstrak lassaigne, larutan ferrosulfat dan beberapa tetes besi klorida harus diasamkan dengan menggunakan larutan asam klorida pekat?
selamat malam...
BalasHapussaya Vira Anggita G.
NIM A1C117069
saya akan mambantu menjawab pertanyaan no 3
karena larutan yang di tabung reaksi berisi ekstrak lassaigne, ferrosulfat dan beberapa tetes besi klorida harus dilakukan dalam suasana asam, larutan itu dapat larut dan bereaksi dalam suasan asam, jika dalam susana basa atau netral maka tidak akan berekasi. hanya itu yang dapat saya jawab, semoga dapat membantu...
saya Erwin pasaribu
BalasHapusNIM A1C117003
akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
fungsi dilakukannya pemanasan ialah agar larutannya bercampur dengan rata lalu ditambahkan HCl agar dapat dilihat perubahan warna menjadi biru berlin.
sekian dan semoga membantu.
saya Sanaq Elfira Putri
BalasHapusNIM A1C117071
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.1
kegunaan ekstrak lassaigne dalam analisis mendeteksi nitrogen pada senyawa organik adalah untuk mengidentifikasi unsur N
semoga membantu !!!