VII. Data Pengamatan
7.1.2 Halogen
b. Tes CaO
7.1.3 Metode leburan dengan Natrium
b. Nitrogen
c. Halogen
7.2 Penentuan kelas kelarutan
b. Kelarutan gula dalam eter (benzena)
c. Kelarutan gula dalam NaOH 10 %
d. Kelarutan gula dalam NaHCO3 5%
e. Kelarutan gula dalam HCl
f. Kelarutan gula dalam H₂SO₄pekat
c. Kelarutan tepung dalam NaOH 10 %
e. Kelarutan tepung dalam HCl
c. Kelarutan minyak dalamNaOH 10 %
e. Kelarutan minyak dalam HCl
b. Kelarutan putih telur dalam eter (benzena)
g. Kelarutan putih telur dalam H₃PO₄ pekat
7.1 Analisa unsur
7.1.1 Karbon dan Hidrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering di atas pemanas
bunsen
|
Warna CuO hitam dan tidak ada terjadi perubahan
|
2
|
Dicampurkan dengan gula (1/10 jumlah CuO)
|
Gula larut
|
3
|
Dialirkan melalui pipa ke tabung yang berisi 10ml
Ca(OH)₂ lalu dipanaskan
|
Terdapat uap air dan gelembung gas pada tabung reaksi
|
7.1.2 Halogen
a. Tes Beilsten
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dipanaskan kawat tembaga
|
warna kawat menjadi kemerah-merahan
|
2
|
Di dinginkan, ditetesi 2 tetes benzena, dipijarkan
|
Ada bau gas dan warna merah pudar dan akhirnya kembali
putih
|
b. Tes CaO
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dipanaskan sejumlah CaO sampai suhu tinggi
|
CaO berbentuk gumpalan / padatan
|
2
|
Saat masih panas, ditambahkan 2 tetes benzena
|
Tercium bau gas menyengat dan terdapat uap air di
pinggir bagian dalam tabung
|
3
|
Setelah dingin, didihkan dengan 5ml air suling
|
Larutan menjadi keruh
|
4
|
Dituangkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dalam
HNO₃ encer
|
Muncul gelembung dan larutan jernih
|
7.1.3 Metode leburan dengan Natrium
a. Belerang
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Diasamkan 3ml larutan L (NaOH) dengan asam asetat
|
Warna larutan bening
|
2
|
Di didihkan, diperiksa dengan kertas saring basah yang
telah ditetesi Pb-asetat 10%
|
Larutan naik ke permukaan tabung mendekati kertas
saring, terdapat gelembung-gelembung seperti minyak
|
3
|
Larutan L lainnya ditambahkan 1-2 tetes larutan
Na-nitroprosida
|
Larutan berubah warna dari bening ke kuning pudar
|
b. Nitrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Larutan L (Amoniak)
|
Larutan L (Putih telur)
|
||
1
|
3 ml larutan
L ditambahkan 5 tetes larutan FeSO₄
|
Terdapat
gumpalan cokelat kehitaman
|
Warna kuning
emas pudar
|
2
|
Ditambahkan 1
tetes larutan FeCl₃
|
Di
tengah-tengah terdapat minyak kekuningan
|
Warna kuning
emas sedikit pekat
|
3
|
Ditambahkan 5
tetes larutan KF 10%
|
Gumpalan
menjadi buyar
|
Warna kuning
emas pekat
|
4
|
Ditambahkan
1-2 ml larutan NaOH 10%, lalu di didihkan
|
Gumpalan
berkumpul ke bawah (mengendap), saat di didihkan larutan menjadi putih susu
|
Warna
perlahan menjadi biru, saat dididihkan meletup-letup
|
5
|
Diasamkan
dengan asam sulfat encer
|
Larutan
berwarna biru berlin
|
Warna menjadi
biru Berlin, bagian permukaan warna kuning pudar
|
c. Halogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Diasamkan 3ml larutan L dengan larutan HNO3 encer
|
Tidak terjadi reaksi
|
2
|
Di didihkan selama 1 menit
|
Terjadi
letupan-letupan
|
3
|
Ditambahkan 5 ml larutan AgNO3 encer, dilanjutkan pendidihan
|
Warna abu-abu kecokelatan, saat di didihkan kembali
timbul banyak endapan halus
|
7.2 Penentuan kelas kelarutan
7.2.1 KelarutanGula
a. Kelarutan gula dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml air suling,
dikocok
|
Larutan jernih, gula larut dalam air (+)
|
b. Kelarutan gula dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml pelarut
benzena, dikocok
|
Larutan jernih, gula masih ada (+)
|
c. Kelarutan gula dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml
larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan jernih, gula larut (+)
|
d. Kelarutan gula dalam NaHCO3 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml
larutan NaHCO3 5 %, dikocok
|
Timbul gelembung, gula larut (+)
|
e. Kelarutan gula dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 5 ml
larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan jernih, gula larut (+)
|
f. Kelarutan gula dalam H₂SO₄pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml
larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan kuning pudar, saat dikocok gula menggumpal
warna merah kehitaman, gula tidak larut (-)
|
g. Kelarutan gula dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan jernih, butiran gula menyebar dilarutan (+)
|
7.2.2 KelarutanTepung
a. Kelarutan tepung dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml air
suling, dikocok
|
Larutan keruh, tepung tidak larut dalam air (-)
|
b. Kelarutan tepung dalam eter
(benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml pelarut
benzena, dikocok
|
Larutan keruh, tepung masih ada (-)
|
c. Kelarutan tepung dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml
larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan keruh, tepung mengendap (-)
|
d. Kelarutan tepung dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml
larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan keruh, saat dikocok timbul gelembung (+)
|
e. Kelarutan tepung dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
sangat keruh (-)
|
2
|
Disaring,
dinetralkan dengan 30 tetes NaOH
|
Larutan
bening (-)
|
f. Kelarutan tepung dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml
larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan keruh, tidak panas, tidak berubah warna (-)
|
g. Kelarutan tepung dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan jernih, ada endapan (+)
|
7.2.3 Kelarutan Minyak
a. Kelarutan minyak dalam
air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml air suling,
dikocok
|
Larutan jernih, minyak dan air tidak menyatu (+)
|
b. Kelarutan minyak dalameter
(benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml pelarut
benzena, dikocok
|
Larutan jernih, minyak larut (+)
|
c. Kelarutan minyak dalamNaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan keruh, minyak merapung (-)
|
d. Kelarutan minyak dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan jernih, minyak merapung (+)
|
e. Kelarutan minyak dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak merapung (+)
|
f. Kelarutan minyak dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan jernih, minyak merapung (+)
|
g. Kelarutan minyak dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml
larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan keruh, minyak merapung (-)
|
7.2.4 Kelarutan Putih telur
a. Kelarutan putih telur dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml air
suling, dikocok
|
Larutan keruh, berbusa (-)
|
b. Kelarutan putih telur dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml
pelarut benzena, dikocok
|
Larutan jernih, minyak merapung (+)
|
c. Kelarutan putih telur dalam
NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml
larutan NaOH 10%, dikocok
|
Larutan jernih, ada busa di permukaan (+)
|
d. Kelarutan
putih telur dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml
larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Larutan jernih, berbusa (+)
|
e. Kelarutan putih telur dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan
keruh, ada endapan (-)
|
f. Kelarutan putih telu rdalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan keruh, ada gumpalan diatas (-)
|
g. Kelarutan putih telur dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan jernih (+)
|
VIII.
Pembahasan
Analisa organic
kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi
senyawa organic yang tidak diketahui
(unknow). Keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor yang berhubungan erat
dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik
atau pola kerja analisa yang sistematik. Kerja analisa dalam organic kualitatif
terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsure klasifikasi kelarutan dan
sifat fisik derivalnya. Senyawa organic merupakan senyawa yang mengandung
unsure ( N , C dan O). Dimana apabila senyawa organic ini di bakar akan
menghasilkan uap air (H2O dan gas CO2. Perbedaan
tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memprediksi
kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan
mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan
mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut dan dapat merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan
pemahaman baru ( http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36
).
Pada percobaan yang pertama ini
dilakukan beberapa percobaan, yaitu sebagai berikut:
1. Analisa
Unsur
a. Karbon dan Hidrogen
Dalam percobaan
ini setelah alat selesai dirangkai lalu dimulaila percobaan, yaitu direaksikan
sampel CuO dengan gula lalu dimasukkan 10 ml larutan Ca(OH)2. Kemudian campuran tersebut dipanaskan kembali.
CaO atau sampel tersebut berwarna hitam. Setelah dilakukan pengamatan maka
praktikan melihat ada embun ditabung reaksi dibagian atas dan timbul asap yang
dialirkan kedalam gelas kimia. Itu berarti bahwa dalam tabung reaksi kimia
terdapat Hidrogen dan Gas.
b. Halogen
Ø Tes Beilstein
Pada percobaan
ini, pertama dipotong kawat tembaga secukupnya dan dipanaskan pada api Bunsen
sampai warna kemerah-merahan. Setalah dingin praktikan tetesi dengan 2 tetes
CCl4 tapi disini praktikan menggunakan benzene karena stok CCl4
habis. Setalah diamati praktikan mendapatkan hasil pengawatan pada warna
nyala kawat tembaga, yaitu warna merah
terang.
Ø Tes CaO
Ditimbang 1 gram
CaO, dimasukkan kedalam tabung reaksi besar lalu dipanaskan sampai suhu tinggi
setelah panas ditetesi dengan dua tetes CCl4 tapai praktikan
menggunakan benzene. Setelah dingin, didihkan dengan 5 ml air suling dan
praktikan menggunakan air aquades dan larutan menjadi keruh. Lalu praktikan
menetesi HNO3 encer sebanyak 60 tetes atau sama dengan 3 ml dan
larutan berubah menjadi jernih.
c. Metode Leburan dengan Natrium
Dibahas mengenai
pendeteksi unsure-unsure tambahan dalam senyawa organic. Saat proses pembuatan
ekstrak rassioner, logam Na yang dipanaskan hingg menyala menandakan bahwa
pelelehan logam Na sudah sempurna dan dapat dilakukan tahap berikutnya, yaitu
penggabungan dengan suatu sampel senyawa organic :
Ø Belerang
Pertama
praktikan mengasamkan 3 ml larutan L dan larutan L yang praktikan gunakan,
yaitu NaOH yang berwarna bening dengan asam
asetat, lalu didihkan dan suhunyapun naik dan larutannya berwarna bening
dan ada gelembung setelah ditetesi dengan Pb- Asetat 10%. Setalah itu praktikan
melakukan pengulangan satu kali lagi dengan menggunakan larutan L yang lain,
terdapat perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih, kemudian ditambah 2
tetes Na-nitroprosida dan tidak dipanaskan maka terjadi perubahan warna menjadi
warna kunig,
Ø Nitrogen
Kedalam 3 ml
larutan L, larutan L yang praktikan gunakan adalah amoniak dan di tambah dengan
FeSO4 ada gumpalan berwarna coklat dan ada terdapat serbuk-serbuk
kecil berwarna hitam. Lalu ditetesi dengan 1 tetes FeCl3 terdpat
warna kuning dan ketika ditambah dengan
5 tetes KF gumpalan menyebar. Lalu ditambah dengan 2 ml H2SO4
gumpalannya menjadi endapan lalu gelas kimianya dipanaskan dan dipinggiran
warna putih ditengahnya terdapat endapan berwarna biru berlin.
Lalu praktikan
menggunakan sampel yang lain, yaitu pada putih telur dan melakukan perlakuan
yang sama seperti yang diatas ketika ditambah 5 tetes FeSO4 terdapat
warna kuning ketika ditambah dengan FeCl3 warna berubah menjadi
kuning emas ketika dipanaskan larutannya meletup-letup, kemudian didinginkan.
Kemudian serbuk turun dan berwarna biru ketika di tambahkan H2SO4
5 tetes lalu dikocok kemudian didiamkan, dan saat diamati terdapat warna biru
berlin dan diatasnya terdapat warna kuning pucat.
Ø Halogen
Diasamkan
larutan L dan larutan L yang praktikan gunakan, yaitu NaOH dengan menggunakan
HNO3 encer dan warnya tetap masih jernih, lalu praktikan didhkan
ketika dididihkan ada gelembung kuat atau banyak dan pemanasan hanya sekitar 1
menit saja. Lalu praktikan tambahkan 5 ml larutan AgNO3 encer dan
warnanya abu-abu kehitaman dan dilanjutkan pemanas beberapa menit. Dan ketika
diamati endapan naik keatas dengan warna yang sama seperti serbuk tadi hanya
saja warnanya sedikit lebih pekat dan ada pembatas dengan warna abu-abu jernih.
- Penentuan
Kelas Kelarutan
a. Kelarutan dalam Air
Yang pertama
praktikan menggunkan tepung. Ketika 0,1 gram tepung dilarutkan dalam 3 ml air
suling lalu dikocok kuat-kuat didalam tabung reaksi, maka hasil yang didapkan,
yaitu larutannya keruh (-). Yang artinya bahwa tepung tidak larut dalam air.
Yang kedua
praktikan menggunakan Minyak. Ketika 3 tetes minyak dilarutkan dalam 3 ml air
suling didalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapat,
yaitu minyak tidak larut dalam air tetapi ada batas antara minyak dan air.
Dimana minyak berada diatas dan air itu dibawah.
Yang ketiga
praktikan menggunakan putih telur. Ketika putih telur ditimbang sebanyak 0,1
gram lalu dilautkan dalam 3 ml air suling didalam tabung reaksi lalu dikocok
kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu larutannya keruh (-) . Yang
artinya putih telur tidak larut.
Yang keempat
praktikan menggunakan gula. Ketika gula ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu
dilarutkan dalam 3 ml air suling didalam tabung reaksi kemudian dikocok
kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu larutannya berwarna bening (+),
artinya gula larut dalam air.
b. Kelarutan dalam
eter
Yang pertama
praktikan menggunakan tepung. Saat tepung ditimbang 0,1 gram lalu dilarutkan
dalam 3 ml eter tetapi disini praktikan menggunakan benzene lalu dikocok
kuat-kuat didalam tabung reaksi, maka hasil yang didapatkan, yaitu larutannya
berwarna keruh (-), artinya tepung tidak larut dalam pelarut eter atau benzene.
Yang kedua
praktikan menggunakan miyak. Ketika minyak ditetesi sebanyak 3 tetes dalam
tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml eter atau benzene, kemudian dikocok
kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu larutan berwarna jernih (+),
artinya minyak larut dalam pelarut benzene.
Yang ketiga
praktikan menggunakan putih telur. Ketika putih telur di timbang sebanyak 0,1
gram lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml eter,
kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu larutan jernih
(+), artinya putih telur larut dalam pelarut eter atau benzene.
Yang keempat
praktikan menggunakan gula. Ketika gula ditimbang 0,1 gram lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan menggunakan eter atau benzene.
Kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu larutannya jernih
(+), artinya gula larut dalam pelarut eter atau benzene.
c. Kelarutan dalam NaOH 5%
Yang pertama
praktikan menggunakan tepung. Ketika tepung ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 3 ml NaOH. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka didapatkan hasil, yaitu airnya keruh (-) dan larutannya
meggumpal, artinya tepung tidak larut dalam pelarut NaOH.
Yang kedua
praktikan menggunakan minyak. Ketika 3 tetes minyak dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan dilarutkan dalam 3 ml NaOH. Kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil
yang didapatkan, yaitu airnya keruh (-) dan ada batas antara NaOH dan minyak,
artinya minyak tidak larut dalam pelarut NaOH
Yang ketiga
praktikan menggunakan putih telur. Ketika putih telur ditimbang 0,1 gram
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml NaOH. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih (+) dan
terdapat busa. Artinya putih telur larut dalam pelarut NaOH.
Yang keempat
praktikanmenggunkan gula. Ketika gula ditimbang 0,1 gram lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml NaOH. Kemudian dikocok
kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih (+) dan gula larut
sempurna. Artinya gula larut dalam pelarut NaOH.
d. Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Yang pertama
praktikan menggunakan tepung. Tepung ditimbang sebanyak 0,1 gram dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi lalu dilarutkan dengan menggunakan 3 ml NaHCO3.
Kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya keruh (-)
dan timbul gas (+). Artinya tepung larut dalam pelarut NaHCO3
Yang kedua
praktikan menggunakan minyak. Minyak ditetesi sebanyak 3 tetes kedalam tabung
reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml NaHCO3. Kemudian dikocok
kuat-kuat, maka hasilnya yang didapatkan, yaitu ada batasnya antara minyak dan
juga NaHCO3 dan tidak ada timbul gas. Artinya minyak tidak dapat
larut dalam pelarut NaHCO3.
Yang ketiga praktikan menggunakan putih telur.
Putih telur ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan dilarutkan dengan 3 ml NaHCO3. Kemudain dikocok kuat-kuat, maka
hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih dan timbul gas (+). Artinya putih
telur larut dalam pelarut NaHCO3
Yang keempat
praktikan menggunakan gula. Gula ditimbang sebanyak 0,1 gram dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan dilarutkan dalam 3 ml NaHCO3. Kemudian dikocok
kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu larut semua dan warna jernih dan
terdapat gelembung. Artinya gula larut dalam pelarut NaHCO3
e. Kelarutan dalam HCI 5%
Yang pertama
praktikan menggunakan tepung. Tepung ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 5 ml HCl. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu keruh dan ada endapan.
Lalu air beningnya disaring lalu ditetesi dengan NaOH 30 tetes hasilnya tetap
bening (-). Artinya tepung tidak larut dalam pelarut HCl.
Yang kedua
praktikan menggunakan minyak. Minyak ditetesi sebanyak 5 tetes kedalam tabung
reaksi dan dilarutkan dengan HCl. Kemudian dikocok kuat-kuat, maka didapatkan
hasil, yaitu jernih tetapi ada terdapat batas antara minyak dan HCl. Artinya
minyak tidak dapat larut dalam pelarut HCl.
Yang ketiga
praktikan menggunakan putih telur. Putih telur ditimbang sebanyak 0,1 gram dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 5 ml HCl. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya keruh (-) dan
terdapat endapan. Artinya putih telur tidak larut dalam pelarut HCl.
Yang keempat
praktikan menggunakan gula. Gula ditimbang sebanyak 0,1 gram dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan dilarutkan dengan 5 ml HCl. Kemudian dikocok kuat-kuat, maka
hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih (+) dan gula larut dengan sempurna.
Artinya gula dapat larut dalam pelarut HCl.
f. Kelarutan dalam H2SO4
Yang pertama
praktikan menggunakan tepung. Tepung ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 3 ml H2SO4. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu tidak panas (-), tidak
timbul gas dan keruh. Artinya tepung tidak larut dalam pelarut H2SO4.
Yang kedua
praktikan menggunakan minyak. Minyak ditetesi sebanyak 3 tetes kedalam tabung
reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml H2SO4. Kemudian dikocok
kuat-kuat, maka didapatkan hasil, yaitu jernih tetapi ada terdapat batas antara
minyak dan H2SO4. Artinya minyak tidak dapat larut dalam
pelarut H2SO4.
Yang ketiga
praktikan menggunakan putih telur. Putih telur ditimbang sebanyak 0,1 gram dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml H2SO4.
Kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya keruh (-)
dan terdapat gumpalan diatasnya. Artinya putih telur tidak larut dalam pelarut
H2SO4.
Yang keempat
praktikan menggunakan gula. Gula ditimbang sebanyak 0,1 gram dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml H2SO4. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu gula tidak larut dan
terdapat perubahan warna menjadi kuning (+). Artinya gula dapat larut dalam
pelarut H2SO4.
g. Kelarutan dalam
H3PO4 pekat
Yang pertama
praktikan menggunakan tepung. Tepung ditimbang sebanyak 0,1 gram lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 3 ml H3PO4.
Kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih dan
ada endapan (+). Artinya tepung larut dalam pelarut H3PO4.
Yang kedua
praktikan menggunakan minyak. Minyak ditetesi sebanyak 3 tetes kedalam tabung
reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml H3PO4. Kemudian dikocok
kuat-kuat, maka didapatkan hasil, yaitu keruh dan ada batas antara minyak
dengan H3PO4. Artinya minyak tidak dapat larut dalam
pelarut H3PO4.
Yang ketiga
praktikan menggunakan putih telur. Putih telur ditimbang sebanyak 0,1 gram dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml H3PO4.
Kemudian dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih
(+). Artinya putih telur larut dalam pelarut H3PO4.
Yang keempat
praktikan menggunakan gula. Gula ditimbang sebanyak 0,1 gram dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan dilarutkan dengan 3 ml H3PO4. Kemudian
dikocok kuat-kuat, maka hasil yang didapatkan, yaitu airnya jernih (+) tetapi
gula menyebar dan tidak larut sama sekali. Artinya gula tidak dapat larut dalam
pelarut H2SO4.
IX.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini, yaitu:
1. Analisa organic
kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dibidang identifikasi senyawa
organic yang tidak diketahui (unknow).
2. Tahapan pertama
analisa organic adalah menentukan adanya unsure-unsure karbon, hydrogen,
oksigen, halogen, belerang, dan fosfor.
3.Kerja analisa
dalam organic kualitatif mencakup bidang-bidang analisa unsure, klasifikasi
kelarutan dan sifat fisik, klasifikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi
sifat derivatnya.
X.
Daftar Pustaka
Fahrizal,
Dwi. 2014. Uji Analisis Kualitatif
Zat-Zat Organik yang Terdapat dalam Sayuran. Jurnal Ilmiah. Volume 3, Nomor
1.
Kusumo.
2014. Analisis Kualitatif Zat Organik
dalam Buah-Buahan. Jurnal Penelitian. Volume 2, Nomor 1.
Riswiyanto.
2009. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga
Tim
Kimia Organik. 2019. Penuntun Praktikum
Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
Vogel.
2010. Dasar Kimia Organik. Malang:
UNM
XI. Lampiran gambar
adanya endapan dan warna
agak hitam menandakan
adanya unsur halogen
agak hitam menandakan
adanya unsur halogen
uji halogen dengan tes beilstein
api berwarna hijau menandakan
adanya halogen
uji kelas kelarutan pada sampel putih telur dengan barbagai
macam pelarut yang digunakan
uji kelas kelarutan sampel minyak dengan berbagai
pelarut yang digunakan
Pertanyaan:
1. Mengapa minyak dapat larut dalam pelarut benzena?
2. Mengapa putih telur larut dalam pelarut HCl?
3. Mengapa putih telur tidak dapat larut dalam pelarut eter ataupun benzen?
2. Mengapa putih telur larut dalam pelarut HCl?
3. Mengapa putih telur tidak dapat larut dalam pelarut eter ataupun benzen?
Saya akan menjawab no 1 Mengapa minyak dapat larut dalam pelarut benzena menurut saya Minyak adalah salah satu kelompok lipid, yaitu senyawa organik yg terdapat dialam yg tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut pada pelarut benzena. Itu dikarenakan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
BalasHapussaya mencoba menjawab pertanyaan nomor 2,menurut saya putih telur dapat larut dalam pelarut HCl karena protein bersifat amfoter ( dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa). dan daya larut protein berbeda di dalam air,asam dan basa.sebagian ada ynag mudah arut dan ada pula yang sukar larutt,sehingga putih telur dapat larut dalam HCl (Dinda Anggun,79)
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3.Karena putih telur dapat larut dalam pelarut HCl dikarenakan bahwa protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa.Daya larut protein berbeda di dalam air,asam dan basa.Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut.Sehingga putih telur tersebut dapat larut dalam pelarut HCl.Terima kasih,semoga membantu..(Mita Istiana,083)
BalasHapus